Senin, 26 Agustus 2013

Surat Cinta Dari Seorang Bidadari

Assalamu’alaikum…
Selamat malam, dek…
Langit Bandung malam ini begitu
bersahabat bukan? Tidak sedingin biasanya memang. Ah, tapi suasana Bandung selalu menyenangkan kan ya, sama seperti kalian :)
Dek, kemarin acara perdana KRM. Artinya akan ada banyak wajah-wajah baru yang menghiasi sekre tercinta kita. Akan ada bocah-bocah baru yang siap meramaikan agenda-agenda KRM kita. Dan (semoga) akan banyak juga mujahid-mujahid baru yang terlahir dari sini, bersama-sama dengan kita. Ah, sayang kalian tidak menyaksikan antusias mereka. Kalian sedang sibuk ya, dek. Tak apa. Semua ada masanya. Semoga hati-hati kita tetap terikat oleh cinta kepada-Nya ya, sayang.

Saya ingat ketika 3 tahun yang lalu kalian datang ke masjid itu. Masih dengan seragam putih merah, sedang menunggu dibagikannya seragam putih biru. Wajah-wajah polos nan ceria. Semangat menyebutkan nama, kelas, alasan masuk KRM. Yang paling ingat sih ada yang mengaku bernama Shireen Sungkar. Siapa coba? Hayo ngaku :D

Sepekan kemudian kita memulai
agenda itu. Ya, setiap pekan sampai saat ini. Hari-hari yang membuat hidup saya berwarna. Lebih banyak warna merah muda. Kenapa? Karena merah muda selalu menyimbolkan cinta dan kasih sayang. Saya mencintai kalian karena Allah, insya Allah.
Kalian bukan kelompok (ah, lebih tepat kita sebut keluarga bukan?) pertama yang saya pegang memang. Ya, bukan dipegang, tapi saling merangkul. Kalian selalu memberikan arti persahabatan kepada saya.
Ahahaha rasanya materi ukhuwwah yang dulu saya sampaikan begitu cepat kalian praktekan dalam kehidupan. Bukan karena saya, tapi atas izin Allah yang begitu baik masih memberikan nikmat ukhuwwah diantara kita.

Kalian ingat mentoring kita pernah menghadirkan hingga 25 orang? Saya sangat kewalahan, sungguh. Tapi saya bahagia saat itu. Walau pada akhirnya sedikit demi sedikit jumlah kalian berkurang. Entahlah maafkan saya yang tidak berhasil mempertahankan jumlah kalian. Maaf. Tapi saya selalu salut terhadap kalian. Apapun yang terjadi, tak menurunkan semangat kalian. Ah, luar biasa. Tetaplah menjadi mutiara. Yang mau dimanapun kalian berada, seburuk apapun kondisinya, kalian tetap dapat bersinar. Satu orang bertaqwa punya 10 pasukan di belakangnya kan?
Semoga saja kita termasuk ke dalamnya ya. Aamiin. 3 tahun saya bersama kalian. Bukan tanpa halangan. Begitu banyak rintangan yang sudah kita lewati bersama bukan? Mulai dari masalah-masalah kalian dengan teman-teman kalian, terutama ikhwan (dasar bocah), ada yang bersahabat kemudian bertengkar karena masalah sepele, ada yang berambisi menjadi ketua tapi ternyata Allah menakdirkannya jalan lain, ada yang membuat tantangan-tantangan tak masuk akal (itu pertama kalinya saya menangis karena kalian haha), ada yang ingat?, merasa belum menjadi qudwah yang baik, kemudian ada yang bermasalah dengan izin orang tua, masalah jadwal saat saya akan menghadapi ujian-ujian sekolah, setahun kemudian kalian yang mengahadapi ujian-ujian sekolah, dan sekarang masalah jadwal karena kalian sudah terpisah sekolah.

Tapi itu hakikat jalan da’wah, dek. Bukan da’wah namanya jika ia mulus-mulus saja. Maka itulah da’wah membutuhkan pengorbanan. Karena da’wah adalah cinta. Bukankah cinta juga selalu butuh pengorbanan? Ah, dek. Kalian mungkin tak pernah melihat saya menangis selain saat pelantikan kalian sebagai pengurus. Kalau kalian sekarang ada di kamar saya, kalian akan melihat sosok saya yang cengeng barangkali. Hahaha sudahlah.
Dek, saya tau sulit sekali untuk kembali ke da’wah SMP. Saya tau bagaimana rasanya mengorbankan kegiatan-kegiatan di sekolah baru hanya untuk menemui adik-adik SMP. Tapi percayalah dek, senyum-senyum merekalah yang membuat azzam kita semakin kuat. Tingkah lucu mereka lah yang pada akhirnya membuat kita berkata “Ya Allah, terima kasih atas jalan ini, atas pertemuan setiap pekan itu, atas acara perdana itu”. Terima kasih, dek sudah bersedia untuk tetap disini, bersama saya. Saya bangga sekali memiliki adik-adik
seperti kalian. Kalian yang tanpa
diminta sebelumnya, masih mau
disini. Semoga Allah selalu memudahkan jalan yang kita tempuh ini, meneguhkan hati kita, senantiasa meluruskan niat kita, dan memberikan ridho-Nya pada kita. Aamiin.
Ahahaha saya tak tau harus berkata apa lagi. Tetaplah menjadi mutiara. Tetaplah berprestasi dalam da’wah
dan sekolah. Tetaplah saling
menasehati. Tetaplah saling
menguatkan. Tetaplah menjadi adik- adik yang “maceuh”, karena rasanya sepi sekali kalau kalian tak berulah, hehe. Tetaplah menjadi Tasya yang bijaksana, Faza yang ceria, Sarah yang teguh dengan prinsipnya, Alima yang kreatif, Safarah yang diam-diam menghanyutkan, Jingga yang tak bisa ditebak.
Maaf belum bisa menjadi mentor yang baik. Kita sama-sama belajar ya, sayang.
Saya mencintai kalian karena Allah, insya Allah.

Love,
Teh Masi